
Tak Perlu Khawatir Menitipkan Anak di Pondok Pesantren, Berikut Tips dari Dayah Samudera Pasai Madani
- Posted by Syamsul Bahri
- Categories Artikel
- Date 24 September 2023
Apa makna pondok pesantren?
Makna pondok pesantren dari segi tarbiyah bagi kita adalah tempat di mana lingkungan itu dibuat oleh para guru dan pihak sekolah supaya anak anak terdidik dalam sebuah lingkungan buatan yang lebih baik. kita tahu anak-anak kita tinggal lingkungan keluarga dan masyarakat.
Ada anak-anak yang tumbuh di lingkungan keluarga saja tidak kondusif serta tumbuh di lingkungan keluarganya sendiri tidak kondusif. Ini sering kita dengarkan sendiri keluhan dari Asatidzah di pesantren. Orang tuanya saja tidak kondusif dan rumahnya saja tidak kondusif bagi perkembangan pendidikan dia. Ada juga lingkungan masyarakat tidak kondusif.
Bagaimana solusi bagi anak yang sedang bertumbuh dengan baik kondisinya seperti apa bagaimana mereka harus tumbuh dalam lingkungan yang baik.
Fenomena dan solusi
Seorang wanita adalah menjadi orang yang bertanggung jawab di rumah suaminya. Maka, laki-laki, suami selaku ayah bertanggung jawab terhadap terhadap bagaimana jalannya anak, perkembangan anak serta pendidikan anak dengan istrinya atau bersama dengan ibu daripada si anak. Permasalahan di sini adalah pada orang tua yang bertanggung jawab.
Lalu ketika kita tidak mampu untuk mendidik anak kita karena kita bekerja, karena kita tidak punya kemampuan ke arah situ. Maka ada lembaga pendidikan yang yang spesialisasi bekerja untuk mendidik anak di dalam sebuah lingkungan yang lebih kondusif yang sesuai dengan pendidikannya dan perkembangannya.
Kalau dulu masa khilafah Islam, setelah nabi wafat bahkan ketika Dinasti Umayyah, itu dikenal para pendidik yang mendidik akhlak anak-anak itu disebut dengan Muaddib. Muaddib itu adalah para pendidik yang mereka itu anak merkea sendiri serta menyeleksi sebaik mungkin siapa guru yang menjadi anak anak mereka.
Salah seorang khalifah mewasiatkan kepada para guru yang akan mendidik anak mereka. Ini adalah adik daripada muawiyah bin Sufyan yang kita tahu sahabat nabi yang mendirikan dinasti muawiyah. Adalah Utbah yaitu adik daripada Muawiyah berpesan pada Abdussamad, guru dari anaknya:
“Hendaklah hal pertama yang engkau lakukan sebelum mendidik anakku mendidik dirimu sendiri karena mata mereka akan tertuju padamu.
Yang baik menurut mereka adalah apa yang menurutmu baik, dan yang buruk menurut mereka adalah apa menurutmu buruk.
Ajarkan mereka al-Quran tapi jangan paksa mereka karena hal itu akan membuat mereka jenuh. Jangan biarkan mereka lepas dari al-Quran karena akan membuat mereka menjauhinya.
Ajarkan pada mereka syair dan kata-kata yang indah untuk melembutkan perasaan mereka.
Jangan pindahkan mereka dari satu ilmu ke ilmu yang lain sampai mereka benar-benar menguasai ilmu yang pertama karena pembahasan yang terlalu sesak bisa menyesatkan pemahaman.
Ajarkan mereka kisah hidup orang-orang bijak, akhlak para tokoh, dan jauhkan mereka bercengkrama dengan para wanita.
Ancam mereka dengan diriku dan ajari mereka di belakangku.
Jadilah seperti dokter yang tidak buru-buru memberi obat sampai benar-benar tahu apa penyakitnya.
Jangan bersandar pada kelembutanku karena aku sudah bersandar pada kemampuanmu.
Berikan yang terbaik untuk mendidik mereka maka aku akan berikan yang terbaik untukmu, insya Allah.”
Kami sampaikan disini, bahwa ada diantara wali-wali santri, orang tua yang menganggap bahwa ketika anaknya sudah masuk di pondok pesantren kemudian dia telah membayar, maka tidak ada urusan lagi dengan mereka, itu semua dipulangkan kepada guru dan para ustadz-ustadzah, semuanya dipulangkan kepada mereka, ketika ada masalah nanti baru dipikirkan.
Bahkan, hari ini, maaf, ada sebagian ketika ada masalah baru menyalahkan guru, tapi ketika tidak ada masalah nyan urusan droe neuh ju mandum, hana urusan deungeun lon, ketika ada masalah, baru masalah dengan guree.
Nah, kita ingin runtut/runut dari awal, bahwa ini tanggung jawab bersama walaupun kondisi anak kita tinggal di pondok pesantren, tapi ini adalah tanggung jawab kita bersama yang terus-menerus harus terajut. Maka hari ini, pondok pesantren harus membangun komunikasi yang baik, saluran yang baik, baik secara dengan adanya alat komunikasi hari ini. Saluran yang baik, yang orang tua bisa mutaba’ah, bisa mengikuti perkembangan anak mereka di pondok pesantren, dari hari ke hari ataupun dari pekan ke pekan.
Sehingga, dalam hal ini, orang tua dan wali harus memiliki 7 poin penting berikut ini, yaitu:
Pertama; pentingnya kerjasama
Adalah untuk mengetahui titik lemah dan titik kuat, yaitu titik lemah dan titik kuat daripada anak kita sendiri. Orang tua mesti mengetahui di mana titik lemah dan titik kuat anak mereka dalam pendidikan. Begitu juga seorang guru di pondok pesantren, mereka juga ingin mengetahui di mana titik lemah dan titik kuat anak kita, sehingga tidak salah didik.
Adanya selalu berhubungan yang terajut dengan baik antara orang tua dengan murid, komunikasi yang intens bersama terjadi, ini akan menguat titik lemah pada anak kita atau titik kuat pada anak kita, apa kehebatan anak, apa kelebihan yang dia miliki, apa kelemahan selama ini ada pada anak kita. Ini yang menjadikan kadang proses pendidikan berjalan lama sekali, karena guru harus memulai dari awal supaya mulai dari awal ini ya meunyoe na masalah baro ngomong ngen wali, kalau nggak ada masalah, nggak ngomong, ini juga salah.
Sehingga wali ketika ditelepon sama guru, langsung mulai berprasangka buruk peu na masalah ka?, karena memang selalu hubungannya kalau ada masalah. kalau enggak ada masalah nggak ada hubungan. Sebenarnya hubungannya adalah selalu hubungan yang terus-menerus secara intens terjadi antara guru dengan dengan wali-wali murid sehingga perkembangan mereka diketahui dan kelemahan-kelemahan anak kita yang perlu diperbaiki juga diketahui, sehingga guru juga dengan mudah bisa dengan segera bisa mengatasi masalah anak kita.
Kedua; Anak merasa aman
Anak merasa aman, karena apa saja yang terjadi di sekolah dan di pondok pesantren orang tuanya tahu, dia akan merasa aman, tidak merasa takut. Apa ini orang tua memasukkan dia dalam penjara, kemudian nanti setelah tiga bulan kemudian, baru diketahui atau saat libur baru ketahuan, tapi dia tahu terus perkembangan ini dia ketahui, sehingga dia merasa aman kalau seandainya orang tuanya mengetahui apa yang terjadi di sekolah bersama dengan dia dan juga dengan guru-gurunya. Jadi anak merasa aman dan tidak merasa takut dan khawatir. Ini penting bagi anak-anak dalam pendidikannya saat dia merasa aman.
Ketiga: Terbangunnya kepercayaan yang baik antara guru dan wali
Ini penting antara wali, santri bersama dengan guru bahwa rasa percaya yang tinggi itu penting sekali, maka ketika adanya hubungan yang harmonis ini, rasa kepercayaan itu muncul, jadi tidak mudah kemudian emosi, atau menyalahkan para guru dengan mudah, karena memang dari awal rasa kurang percaya itu dibangun dengan baik, dirajut dengan mesra, serta harmonis dengan guru.
Kalau seandainya kita sendiri nggak merasa percaya, berarti Jangan anak kita tidak tidak pantas untuk dididik di tempat itu. kenapa?? karena rasa tingkat trust/kepercayaan kita sangat tipis kepada sebuah sekolah makanya penting sekolah yang kita jadikan sebagai tempat anak kita dididik itu adalah sebaiknya tahu sistem sekolah di situ.
Kalau seandainya tingkat kepercayaan kita sudah menipis dan sudah tidak ada, daripada bermasalah, kita ambil sikap secepatnya, tetapi dengan adanya rasa hubungan yang baik, kerjasama yang baik selalu terjaga trust ini akan terjaga dengan baik sehingga kalau ada masalah dengan anak kita ini dengan mudah bisa kita selesaikan bersama bahkan tidak sampai harus nauzubillah apa yang kita dengar sampai ke ranah hukum dan yang lainnya, sungguh-sungguh itu sangat tidak pantas sekali.
Keempat: Adanya sokongan tambahan daripada guru terhadap problem anak yang dihadapi
Saya ingin katakan, bahwa rumit sekali dalam masalah pendidikan anak ini. Kami juga ada sekolah di sini, yang kami bina, rumit sekali dalam pendidikan anak. Kalau mungkin Bapak Ibu maaf cakap yang selaku Insinyur belajar tentang teknik, bangunan dan yang lainnya, itu punya rumus pasti, itu punya rumus pasti yang kita bisa menilai ketika rumus ini tidak dipakai kita lihat bahwa ini ada yang janggal pada bangunan ini, ada hal yang tidak diindahkan oleh yang membangunnya, yang mendesainnya.
Tapi rumus dalam mendidik anak, Subhanallah tidak ada rumusannya, sulit sekali setiap anak sampai harus ada rumusan tersendiri setiap anak itu. Jadi, setiap anak itu diciptakan Allah memang memiliki keistimewaan tersendiri. Maka seorang guru harus lihai, harus cerdik seorang pendidik untuk melihat kepada bagaimana keistimewaan si anak ini, bagaimana kondisi si anak ini, apa cara mengatasi terhadap permasalahan yang dihadapi dalam masalah belajarnya.
Maka kalau seandainya terjalin hubungan baik antara guru dengan wali, maka dengan demikian Wali dan orang tua bisa ikut serta menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para guru dalam mengatasi cara belajarnya, bagaimana sikap anaknya juga, bagaimana mengatasi sikap anak-anaknya yang dia sudah punya pengalaman banyak dalam hidup bersama dengan anaknya. Ini akan selalu diperlukan kepada sokongan tambahan dalam pendidikan anak kita bukan cuma oleh guru saja, tapi juga orang tua harus ikut serta di dalamnya.
Hari ini yang terjadi di sekolah, kadang orang tua dihubungi ketika ada masalah, tidak sah sebenarnya sampai begitu sampai begitu, tapi semestinya terus ada jalinan komunikasi yang baik antara orang tua dengan guru di dalam menyelesaikan masalah anak kita, jangan merasa khawatir ketika diceritakan oleh para guru oleh para Asatidzah tentang problem anak kita.
Orang tua ada merasa khawatir, ada confuse yang berlebihan ketika seandainya dihubungi oleh pihak sekolah tentang anak mereka. Itu hal yang wajar bahwa guru bukan berarti bahwa guru sudah angkat tangan sudah enggak sudah tidak sanggup lagi bukan. Memang ada pada anak kita, yang kita lebih paham tentang itu, yang kita harus ikut serta membantu guru menyelesaikan anak anak kita, itu adalah tanggung jawab bersama.
Kelima: Ikut serta secara positif dalam membimbing anak, bukan saja saat bermasalah baru ikut serta
Ini dia yang kami sampaikan dari tadi, bahwa kita ikut serta secara positif dalam mendidik anak kita, bukan saja ketika masalah terjadi. Ketika ada hal-hal yang positif, maka puji anak kita, itu juga kita sebutkan Adik luar biasa, Abang luar biasa di dalam di sekolah. Ketika hal-hal positif pada anak kita itu kita puji, selaku orang tua.
Begitu juga ketika ada masalah yang terjadi dengannya, kita besarkan hatinya untuk dia bisa keluar dari masalah itu. Ini penting hubungan antara para wali dan juga dengan para guru di sekolah dalam membina dan dalam mendidik anak kita secara bersama. Karena memang tanggung jawab pertama sekali adalah jatuh kepada kita selaku orang tua sedangkan di sekolah itu adalah mereka para guru dan Asatidzah yang membantu kita membantu anak kita untuk melakukan kewajiban yang Allah mewajibkan kepada kita mereka adalah semampu mereka dengan ijtihad dan dengan segala daya upaya mereka miliki untuk mendidik anak kita dan perkembangan setiap anak itu berbeda dari satu anak ke anak yang lain.
Keenam: pendidikan adab dan akhlak menjadi pendidikan nomor satu
Orang tua jangan hanya menilai anak itu dari sisi perkembangan kognitifnya saja, dari sisi perkembangan bahwa dia sudah bisa hafal Alquran, kemudian dia sudah mampu menghafal ini, menghafal hadits, kemudian sudah mampu memahami matematika, sudah mampu menjawab, kemudian juga sudah ikut cerdas cermat, sudah ikut perlombaan ini, dan perlombaan itu. Itu tidak bisa hanya sekedar menjadi penilaian anak.
Tetapi penilaian anak kita yang dia sanggup bergaul dengan baik dengan kawan-kawannya, kemudian dia menjaga keterikatan yang baik antara dia dengan gurunya, ada sopan santunnya, komunikasi yang sangat luar biasa. Bahkan dia menjadi orang yang mungkin di dalam bergaul bersama dengan kawannya dianggap sama kawannya. Walaupun mungkin matematikanya kurang atau hafal Alquran yang mungkin tidak begitu kuat, karena memang dia kemampuan menghafalnya enggak sama dengan yang lain. Demikian itu adalah sisi adab yang sangat luar biasa juga pada anak kita.
Ketujuh: Adab serta pembentukan karakter akhlak menjadi poin nomor satu sebelum masalah kognitifnya
Ini harus dipahami, ini sangat kita butuhkan di zaman ini, saat ini, generasi ke depan ini, generasi yang dia mampu beradab, sopan santun dan akhlak yang mulia, pintar membawa dirinya dalam lingkungan yang berbeda, tetapi dia sanggup menjaga dirinya dengan santun dengan baik dan tahu apa yang dia mau dan sanggup menjaga tujuan hidupnya dengan baik, sanggup menjaga ibadahnya, sanggup menjaga shalatnya.
Ini yang hal yang sangat luar biasa, karena secara kognitif nanti mungkin banyak masalah diselesaikan oleh robot, banyak masalah diselesaikan oleh mesin, tapi bagaimana menempatkan dirinya, bagaimana dia bersikap dengan manusia, bagaimana dia berhubungan dengan orang, bagaimana dia menyelesaikan masalah pribadinya sendiri dalam hidup ini akan dibentuk oleh akhlak, karakter yang mulia itu yang ditanamkan di pondok pesantren masa anak-anak kita SMP, juga masa SMA itu sendiri.
Jadi, setiap anak itu punya perkembangannya yang berbeda-beda, jangan kita samakan antara anak kita dengan anak orang lain, tapi patokannya pada bagaimana perkembangan akhlak mulia itu dan di situ juga sebenarnya para guru dan para Asatidzah dinilai kemampuan mereka dalam mendidik anak, bagaimana menyelesaikan problem-program masalah akhlak yang dihadapi di sekolah. Maka tentu dengan adanya Dayah yang 24 jam mereka berada di situ, diagnosa terhadap permasalahan problem akhlak sikap dan tingkah laku, ini akan mudah untuk di diamati oleh para Asatidzah. Itulah kehebatannya pondok pesantren.
You may also like

Fenomena Ilmu Faraidh yang Terlupakan
