
Meningkatkan Kecakapan Literasi Digital Milenial Dalam Menyongsong Generasi Emas Indonesia 2045
- Posted by Syamsul Bahri
- Categories Artikel
- Date 26 August 2022
Saat ini perkembangan teknologi begitu pesat dan canggih (Hutahaean et al., 2022, p. 1). Perkembangan beberapa teknologi mutakhir, seperti ponsel, telah secara drastis mengubah cara orang menjalani kehidupan sehari-hari (Rahmalina & Yulianti, 2022, p. 80). Di sisi lain, generasi milenial kurang pilih-pilih sumber yang mereka manfaatkan karena mudahnya mengakses dan melimpahnya informasi di Internet.
Pemikiran tentang nilai kemampuan literasi digital semakin marak sebagai akibat dari penyalahgunaan media informasi dalam perkembangan teknologi kontemporer. Pengembangan literasi sangat penting karena itu adalah kemampuan pertama yang harus dimiliki setiap orang untuk berfungsi di dunia modern. terutama di masa yang kacau ini. Oleh karena itu, generasi milenial perlu menguasai literasi teknis (digital) dan literasi kuno (Purwaningtyas, 2022, p. 13).
Di era digital ini Generasi milenial tidak perlu mengunjungi perpustakaan atau membeli buku untuk dibaca. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk tidak membaca. Ke depan, Indonesia juga akan berhadapan dengan generasi emas. Untuk mempersiapkannya, perlu digalakkan budaya literasi di kalangan milenial (Rosmalina, 2022, p. 67).
Selain memperkenalkan media digital, inisiatif peningkatan literasi generasi milenial yang berorientasi digital juga akan mengintegrasikan tugas sehari-hari yang mendorong produktivitas untuk efisiensi penggunaan dan penyebaran informasi (Suprijandoko, 2022, p. 3). Dalam rangka mempersiapkan generasi emas Indonesia untuk tahun 2045, maka artikel ini bertujuan untuk menginformasikan dan menginspirasi budaya literasi milenial.
Generasi emas dan literasi digital
Pada tahun 2045, Indonesia akan mengalami bonus demografi berupa generasi emas yang akan berujung pada peringatan 100 tahun kemerdekaan negara tersebut (Hamdani et al., 2022, p. 171). Generasi yang dikenal sebagai “Generasi Emas Indonesia” ini mampu mengatasi dan mengatasi permasalahan abad kedua puluh satu (Kurniawati & Sugiharto, 2022, p. 447).
Generasi emas Indonesia mewakili harapan masa depan yang cerah dan memiliki pengetahuan tentang ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Generasi emas adalah generasi dengan kemampuan abad 21 (Prapnuwanti & Danuwanti, 2022, p. 53). Ada berbagai kendala yang harus diatasi, antara lain yang disebabkan oleh globalisasi, teknologi, imigrasi, persaingan internasional, pergeseran pasar, masalah lingkungan, dan politik global (Nawawi, 2022, p. 3).
Bahkan generasi saat ini dikelilingi oleh perangkat komunikasi pribadi “smartphone” yang mempengaruhi dan mengatur segala aktivitas sehari-hari. Generasi sekarang sudah tidak asing lagi dengan apa yang disebut dengan teknologi informasi.
Apa yang harus dilakukan bangsa ini untuk merayakan kemunculan generasi emas?
Saat ini, kita dapat mempersiapkan masa keemasan dengan meningkatkan standar pendidikan generasi mendatang, khususnya di bidang literasi digital (Ulfah, 2022, p. 2). Konsep literasi telah berubah seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, dan kini terdapat berbagai jenis literasi. Keterampilan dalam literasi digital adalah salah satunya (Sumarno, 2022, p. 2).
Martin dalam (Silalahi et al., 2022, p. 74) mengklaim bahwa literasi komputer dan teknologi adalah komponen penting dari literasi digital, yang merupakan kemampuan multifaset. Paul Gilster mendefinisikan literasi digital sebagai kapasitas untuk memahami dan menggunakan pengetahuan dengan cara yang beragam dari berbagai sumber yang sangat luas yang dapat diakses melalui perangkat komputer dalam bukunya Digital Literacy (kemdikbud, n.d.).
Setiap orang harus bertanggung jawab atas bagaimana mereka memanfaatkan teknologi untuk terlibat dengan lingkungan (A. Amtiran, 2022, p. 1981). Orang dapat menghubungi dan berkomunikasi dengan keluarga dan teman setiap hari berkat teknologi digital (Rizal et al., 2022, p. 33). Bagi generasi milenial, dampak perkembangan tersebut terhadap kebiasaan berkomunikasi menghadirkan dilema (Hale, 2022, p. 2). Salah satu indikator keberhasilan suatu generasi adalah tingkat literasi digital mereka (Mukhlisin, 2022, p. 81).
Karena itu, istilah “literasi digital” mengacu pada kemampuan untuk “membaca”, “memahami”, dan “beroperasi” dengan berbagai sistem teknologi informasi dan komunikasi (perangkat keras dan perangkat lunak) Steve Wheeler dalam (Fitriani et al., 2022, p. 442) mencantumkan sembilan elemen berikut yang penting untuk literasi digital:
- Social networking; memiliki lebih dari satu akun media sosial.
- Transliteracy; memanfaatkan berbagai platform untuk membuat konten digital.
- Maintaining Privacy; harus memahami mengenai istilah cybercrime.
- Managing Digital Identity; menggunakan identitas secara tepat di berbagai media sosial.
- Creating Content; keterampilan dalam membuat konten digital.
- Organising and Sharing Content; mengatur konten informasi.
- Reusing/ Repurposing Content; mengolah kembali konten yang ada.
- Filtering and Selecting; mencari serta menyaring informasi yang sesuai. Dan
- Self Broadcasting; memberikan ide menarik.
Model multiliterasi dapat dibuat berdasarkan elemen-elemen ini untuk membantu generasi milenial mengembangkan literasi digital mereka. Ini berarti bahwa dalam lingkungan digital saat ini, penting untuk mengajari siswa lebih dari sekadar cara mematuhi norma literasi informasi.
Keterampilan komunikasi generasi milenial perlu diperkuat, khususnya kemampuan komunikasi teks untuk perangkat elektronik. Dalam situasi ini, pertimbangan hukum seperti UU ITE dapat menjadi inspirasi untuk membuat materi literasi informasi. Kaum milenial secara moral bertanggung jawab mengkomunikasikan hasil sintesis informasi kepada orang lain.
Undang-undang ITE, perlindungan privasi, dan terutama arsip yang dapat diakses secara digital di Internet atau di komunitas online adalah salah satu perangkat hukum yang terkait dengan dunia digital yang harus diketahui oleh pengelola perpustakaan selain diizinkan untuk membahas plagiarisme.
Hal ini dimaksudkan untuk mengajarkan generasi milenial bagaimana mengevaluasi situasi tertentu dengan mempertimbangkan berbagai aspek ekonomi, agama, dan sosial sebelum informasi digital dibagikan.
Tugas generasi milenial menyongsong Indonesia emas 2045
Isu abad 21 dapat diatasi oleh generasi emas Indonesia, yaitu generasi yang mampu menghadapi dan menjawab rintangan. Abad ke-21, kadang-kadang dikenal sebagai era digital, ditandai dengan kemajuan di banyak bidang, termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi, serta persaingan bebas di wilayah lain di dunia.
Dengan maraknya media digital, generasi milenial di era digital ini berjuang untuk mengakses, memilih, memanfaatkan, dan memulihkan informasi.
Mulai saat ini, kita bisa mempersiapkan masa keemasan dengan meningkatkan standar pendidikan generasi masa depan, yaitu literasi digital mereka. Di sini, literasi digital mengacu pada kapasitas untuk menggunakan media digital untuk mengakses berbagai informasi.
Konsep multiliterasi dapat digunakan untuk membuat latihan literasi digital. Akibatnya, generasi milenial perlu belajar lebih dari sekadar norma literasi informasi agar berhasil di dunia digital modern. Dengan menggunakan perangkat digital secara etis, bertanggung jawab, dan dengan memperhatikan elemen sosial, budaya, ekonomi, dan hukum di sekitar informasi digital, informasi yang dihasilkan dapat menjadi pengetahuan baru dan masyarakat yang lebih baik dapat dibangun.
You may also like

Fenomena Ilmu Faraidh yang Terlupakan
